Seluruh keluaga besar
http://masfadjar.blogspot.com/ mengucapkan:
Selamat Hari Raya Idul Adha 1434 H
Semoga Allah SWT selalu melimpahkan rahmad dan hidayah-Nya
memberi ampunan dan keteguhan dalam beriman kepada kita.
Sedikit renungan di hari suci ...
Ketika takbir yang dikumandangkan, tak lagi menggetarkan hati.
Ketika suasana keagungan Illahi, tak lagi menyelimuti bathin.
Ketika sang Ingsun, menjadi tuli terhadap pesan Sang Rahmaan.
Ketika Idul Adha, .. hanya menjadi sebuah ritual ‘Pesta Makan’ belaka!
Ketika suasana keagungan Illahi, tak lagi menyelimuti bathin.
Ketika sang Ingsun, menjadi tuli terhadap pesan Sang Rahmaan.
Ketika Idul Adha, .. hanya menjadi sebuah ritual ‘Pesta Makan’ belaka!
Mungkin saatnya kita harus mempertanyakan pada diri kita, Apa makna Qurban sejatinya?
Apakah kita melaksanakan semua ini benar-benar untuk Ibadah?
Apakah hati kita telah bersih dari semua penyakit Riya’, Takabbur serta Rakus?
Apakah tingkah laku serta ucap kata kita benar-benar muncul dari ketakwaan kita terhadap Allah swt?
Apakah kita bersungguh-sungguh ikhlas Ridho melaksanakan Qurban ini demi Allah swt?
Lantas mengapa, harus berebut saat menerima pembagian daging qurban?
Mengapa harus rakus mencari daging qurban disana-sini? Hingga mengerahkan semua ‘personil’ untuk berlomba-lomba mencari daging sebanyak-banyaknya. Yang pada saat bersamaan pula melupakan kewajiban kita menyembah Allah SWT (shalat)?
Mengapa harus merasa diri hanya mampu menerima, tanpa bisa memberi?
Apakah kita melaksanakan semua ini benar-benar untuk Ibadah?
Apakah hati kita telah bersih dari semua penyakit Riya’, Takabbur serta Rakus?
Apakah tingkah laku serta ucap kata kita benar-benar muncul dari ketakwaan kita terhadap Allah swt?
Apakah kita bersungguh-sungguh ikhlas Ridho melaksanakan Qurban ini demi Allah swt?
Lantas mengapa, harus berebut saat menerima pembagian daging qurban?
Mengapa harus rakus mencari daging qurban disana-sini? Hingga mengerahkan semua ‘personil’ untuk berlomba-lomba mencari daging sebanyak-banyaknya. Yang pada saat bersamaan pula melupakan kewajiban kita menyembah Allah SWT (shalat)?
Mengapa harus merasa diri hanya mampu menerima, tanpa bisa memberi?
Ingat, kita mampu berqurban karena ijin Allah SWT.
Ingat, masih banyak daerah-daerah lain yang masyarakatnya memang sangat membutuhkan Qurban.
Ingat, Allah SWT tahu sedalam-dalamnya hati kita. Janganlah Riya’, Takabbur, serta Rakus.
Ingat, masih banyak daerah-daerah lain yang masyarakatnya memang sangat membutuhkan Qurban.
Ingat, Allah SWT tahu sedalam-dalamnya hati kita. Janganlah Riya’, Takabbur, serta Rakus.
Buat yang mampu berqurban, montong pupujieun lah (jangan ingin dipuji). Segala Puja dan Puji hanya milik Allah SWT. Bersyukurlah, Allah SWT memudahkan rizkimu dan kamu bisa mendapat pahala dengan jalan berqurban.
Buat yang menerima Qurban, jangan rakus lah. Semua rizki sudah diatur oleh Allah SWT. Bersyukurlah dengan apa yang sudah diterima dan yang belum kamu terima. Apa-apa yang belum kamu terima adalah belum tentu yang terbaik untukmu. Yang terpenting adalah “Lebih baik sedikit, tapi barokah. Daripada banyak, .. tapi ternoda dosa”.
Buat apa dalam setiap shalat kita selalu baca, “Ihdinashsh shirootol mustaqiim. Shirootol ladziina an’amta ‘alaihim.”. (Tunjukilah hamba kepada jalan yang lurus. Seperti jalannya orang-orang sebelumku.). Tetapi keseharian kita, bersikap seperti yang TIDAK MAU ditunjuki jalan yang lurus?
Buat apa dalam setiap shalat kita selalu bersujud dan meyakini Allah SWT Sang Maha Agung melihat kita. Tetapi dalam keseharian kita selalu angkuh dan sombong, melupakan bahwa Allah SWT BENAR-BENAR melihat kita?
No comments:
Post a Comment